Selasa, 31 Desember 2013

hujan akhir desember

Ini nyata,
hujan turun di akhir desember.
Mengetuk kaca jendela dan
mengunci setiap pandang mata
untuk melihat hujan di akhir desember.

Tidakkah ini nyata?
Hujan turun di akhir desember
Akhir desember...
Akhir desember...

Mencoba mengakhiri bulan desember
dengan hujan di akhir desember
Akhir desember...
Akhir desember...
Hujan di akhir desember
Ingin berakhir pada bulan desember
Desember...



(dari tweet Embun "Hujan Akhir Desember", 31 Desember 2013)

-an-

Minggu, 22 Desember 2013

3 layangan

Suatu hari, ia mengajak ketiga layang-layangnya ke tanah lapang dan menerbangkannya perlahan. Ia biarkan ketiga layang-layangnya terbang jauh di langit hingga tubuhnya berubah menjadi sebuah titik dari pandangan ketiganya yang telah berada di langit. Semakin tinggi, semakin jauh, dan titik itu semakin lama terlihat semakin mengecil. Mungkin titik itu akan menghilang dari pandangan ketiganya kelak, tapi sebelum terbang ketiganya sudah dibisiki agar tidak takut karna titik di bawah sana akan menggenggam ketiganya dengan sangat kuat dan memberitahu dimana arah angin yang akan membawa mereka terbang lebih tinggi.

Bagaimana cara ia menggenggam ketiganya? Tidak ada yang tahu pasti. Benang layangan itu tak terlihat, bahkan oleh ketiganya sekalipun. Dan kepada siapa akan ia serahkan genggaman ketiga layangan itu kelak, ketiga layangan itu tetap tahu jari siapa yang pertama kali tergores agar mereka dapat terbang.


(untuk mama dari ketiga layangannya)

-an-

ditambah, dikali, ditambah, dikali...

ada dosa membungkus gunung.
di sampingnya, malaikat suci menghitung-hitung.
satu persatu ditambah lalu dikali
ditambah lalu dikali lagi.
ditambah, dikali, ditambah, dikali...
dan JEGLEK!
belum sampai sama dengan,
alat hitungnya mati total.
tidak mau menghitung lagi katanya!


-an-

kepada dua anak manusia

Kepada dua anak manusia,
dengarlah petikan gitar diluar sana,
mengiringi sebuah lirik yang dituliskan seseorang untukmu:


Tanpa melihat, kau tahu siapa yang berucap selamat datang.
Aku datang selalu pada malam yang terang.
Memberikan kenyamanan untuk terus berselimut khayal
tentang raga dua anak manusia yang menjauh.
Tanpa tatap, masih berdiam dalam jarak,
tersembunyi luka keduanya.


Lalu aku mulai bernyanyi...


Kepada dua anak manusia yang menjauh,
ketahuilah,
tanpa tatap kau sedang memupuk sebuah cerita
yang akan kau bagi kelak.
Entah kapan
Entah kepada siapa

Menunggulah dan jangan terus menunggu
agar kau tahu 
kapan dan kepada siapa
cerita itu kemudian minta diceritakan
Meski sekarang kalian masih berdiam dalam jarak.


Ceritakanlah...
Ceritakanlah...
Di suatu hari kelak...


Dan ketahuilah,
Ketika aku beranjak pergi
Ketika matahari berucap selamat datang
Ketika khayal telah berakhir

Ketika itu pula
raga dua anak manusia yang menjauh
akan saling bertatap lantas bercerita
untuk memulihkan luka masing-masing



di suatu hari kelak
di suatu hari kelak
itulah suatu hari kelak.



Nah, kepada dua anak manusia yang sedang terluka,
berbahagialah!
Hujan sudah menyanyikan semuanya untukmu.
Dan seperti lirik yang diakhiri dengan titik,
ia akan segera berakhir.


-an-

Minggu, 15 Desember 2013

gagak muda

Seekor gagak muda sedang terbang menerjang api yang di hembuskan angin dalam kegelapan malam. Ia tak pernah takut lingkaran api itu membakar tubuhnya hidup-hidup. Karna dia tahu untuk apa dia terbang. Dan ia sudah dengar akan keberadaan sang api di kegelapan malam. Tapi ia tak takut. Ketakutannya sudah ia bawa terbang dan dimakan angin perlahan. Saat bertemu lingkaran api, ia serahkan dirinya terbakar. Seperti kayu kering yang membiarkan dirinya dilalap sang api.


(opening naskah Bang Bujang)



-an-

berhentilah sejenak

karna kau goreskan tinta kesedihanmu dengan hujan,
hujan menjadi sedih sekarang.
berhentilah sejenak.
berilah kesempatan untuk ia berbahagia.
maka...


-an-

Rabu, 20 November 2013

semakin ingin kenal dunia, semakin dunia membuka dirinya.

Semakin ingin kenal dunia,  semakin dunia membuka dirinya.
Keindahan yang menutupi keburukan, keburukan yang menutupi keindahan.
Yang benar mengatasnamakan dirinya benar karna ia anggap yang berbeda itu salah.
Dan semua menyatakan dirinya benar.
Siapa yang salah? Siapa yang benar?
Apa itu indah? Apa itu buruk?

Kata dunia, “Jalani saja apa yang terjadi. Seperti air yang mengalir di dalam diriku.
Seperti darah yang mengalir di dalam tubuhmu. Jalani saja.”
Kita pun menjalaninya.
Tak lama, dunia bercekikik kecil.
Dia bilang, “Bodoh benar kau ini. Air mengalir bertujuan meski pasrah. Darah mengalir bertujuan meski tak bermuara. Dan kau? Aku tak berujung, tak ada muara padaku. Kemana kau akan mengalir? Hah, betul-betul bodoh.”

Sial.

Akhirnya kita berjalan mencoba  mencari muara lain, tidak pada ujung dunia. Menyibak-nyibak lapisan topeng yang tak kunjung habis.
Segala sisi saling bertentangan. Yang satu berdamai dengan yang satu, tapi bertentang dengan yang lain. yang terlihat kemudian menjadi hitam dan putih.
Bingung.  
Bolehkah sepanjang jalan, kita berdiri di atas batas abu-abu saja? Berjalan diatasnya. Tak ingin hitam. Tak berpihak putih. Hanya ingin abu-abu karna kita semakin bingung. Namun keduanya menarik sama kuat. Menggoyahkan langkah perlahan.
Segalanya berkutat dalam pikiran. Dimulai dengan tanda tanya, diakhiri dengan tanda tanya pula. Bersusah payah mengubah tanda tanya menjadi tanda titik. Tak kunjung bisa.

Ah! Penat!

Kali ini si dunia tertawa terbahak. Mengucapkan selamat datang yang lupa diucapkannya sedari tadi. Kita telah masuk ke dalam permainannya ternyata.

Hah, Siapa bilang dunia semakin membuka dirinya?
Justru terasa ia semakin menutupi dirinya.

Jadi, siapa kenal sebenarnya dunia?

Dibuat terbahak jugalah kita.

Bersama-sama tertawa terbahak-bahak.

-an-

Minggu, 17 November 2013

hujan.

hujan.

                     apa langit sedang bersedih
                     pada bumi, lalu menangis?



hujan.

                     atau langit sedang berbagi kasih
                     pada bumi yang dahaga?



hujan.

                     hujan, apa kau tahu perasaannya hari ini?
                     hari ini ia hujan.


hujan.


-an-

Minggu, 10 November 2013

ikan dan sungai

ikan dan sungai itu teman.
pertemanan mereka dimulai
ketika sungai memberikan ketenangan untuk ikan yang baru tiba.
kemudian ikan menjadikan dirinya sebagai teman hidup
untuk sungai  yang kesepian.


apa mereka pernah berkelahi?
ya,
tapi mereka tidak pernah terluka untuk waktu yang lama
karna mereka tahu bagaimana caranya menenangkan satu sama lain.


-an-

Selasa, 05 November 2013

dan tentang rupa hujan, seperti apa kau sekarang?

Pernah mendengar kisah tentang matahari yang merindu hujan?

Sudah lama hujan tak pernah lagi datang berkunjung dan karna itu ia pikir mungkin hujan marah padanya. Ia pun menjadi murung dalam kerinduannya.

Berhari-hari ia menunggu hujan, dengan sekotak hadiah tanda permintaan maaf.

Hingga akhirnya datang kabar dari kejauhan malam: “Hari ini ia akan datang! Dia sedang dalam perjalanan! Aku mendengarnya! Aku mendengar senandungnya diperjalanan tadi! Segera bersiaplah untuk menyambutnya! Dan tumpahkan rasa rindumu itu!”

Ah, betapa bahagianya sang matahari! Pipinya merona. Terdengar degup jantungnya yang berdetak menanti-nanti kedatangan hujan. Beribu bayang berkelebat bermain-main dalam benaknya. Seperti apa rupa hujan sekarang?

Sudah hampir tiba, tapi ternyata sang waktu siap menarik matahari pergi lebih dulu untuk digantikan malam.

“Tak bisakah menunggu sebentar? Sedetik terlambat kukira tak mengapa.”

Waktu tidak menjawab tapi terus berlalu menariknya pergi.

Mereka tak bertemu. Lagi. Sudah tak lagi bisa ia memeluk hujan.
Berlalu. Jauh dari balik punggungnya, hujan selalu bersenandung. Persis seperti yang diceritakan malam pada hujan tentang matahari.

Lalu kotak itu?
Tidak akan pernah bisa dititipkan kepada malam untuk diberikan pada hujan yang selalu datang di malam hari.


Dan tentang rupa hujan, seperti apa kau sekarang?


-an-

Sabtu, 02 November 2013

?

Jikalau semilir angin dipersilakan memilih, akan menjadi apa?
Air.

Menjadi air?
Ya. Yang bertempat di sungai kecil.
Angin ingin merasakan menjadi air yang mengalir di sungai.
Mengikuti alirannya tanpa paksa.

Tapi di depan sana tersedia jurang!
Tak masalah. Air tetap mengalir mengikuti aliran.
Turun menghantam deras dan kembali mengalir tenang.
Entah kemana aliran menggiring, air tetap mengalir.
Menikmati setiap perjalanannya.
Dan akhirnya tiba di sebuah muara.

Hei! Bukankah angin juga mengalir?
Ya.

Bukankah ia mengalir lebih bebas,
bahkan di alam yang lebih besar dari sungai kecil itu?
Ya.

Bahkan tak bermuara, tak ada akhir dari alirannya.
Bukankah lebih menyenangkan?
Ya, memang.

Lantas kenapa sang angin ingin menjadi air?


-an-

Selasa, 08 Oktober 2013

kenalkanlah ayah

Tidak semua rasa terucap oleh kata, masih ada tersisa tersirat pada mata. 
Tapi aku tidak pernah tahu, tak pernah ku tatap. 
Seperti aku berada dalam kelam. 
Mencoba terka sebuah cahaya yang tertutup malam, tak mau menampakan dirinya. 
Ayah kemarilah, 'kan ku bisikan padamu tentang seseorang yang mendamba kasih.
Kuberitahu dia sangat pemalu untuk berucap rindu. 
Kenalkanlah ayah, dialah aku. 
Dialah aku. 
Dialah aku. 
Dan katakanlah padaku, ayah: dialah aku.


-ann-

Senin, 07 Oktober 2013

dari atas sepeda kumbang

Kita berjanji berjumpa dan bermain kembali
Beradu di atas sepeda kumbang
Menelusuri setapak jalan tanah berkerikil batu kecil
Diterpa angin memutar kincir mungil yang bertengger diam menemani
Tak lama, tawa kita ikut larut bermain

Berhenti sejenak,
Kau tunjuk bukit di seberang
Berkata, ia cemburu ingin ikut bermain
Menaiki sepeda kumbang bersama kami

Jangan,
Jangan, hai bukit...
Biarkan hanya kami yang bermain
Di atas sepeda kumbang
Berjumpa, melawan angin, berlomba, bercerita segala kerinduan ingin bermain

Dan sembunyikanlah malam, hai bukit...
Agar kami terus berjumpa, bermain tak terbatas waktu menerpa angin
Di atas sepeda kumbang dan kincir terus berputar

Salam kami dari atas sepeda kumbang
Kami lambaikan tangan pada bukit
Mengayuh si kumbang melaju pergi
Kembali bermain


-an-

Jumat, 04 Oktober 2013

Minggu, 22 September 2013

ada pelangi di setiap hujan

Pelangi itu tujuh warna. MEJIKUHIBINIU. Ia cantik jika bersama.
Muncul setelah hujan, tapi tidak di setiap hujan.
Siapa yang bisa terka kapan datangnya?
Entah.

Tujuh warna berbeda, melukiskan dirinya masing-masing,
menciptakan keselarasan, memikat takjub yang melihatnya.
Pelangi itu hadiah. Saat hujan turun, matahari enggan berdiam, dan munculah dia.
Hujan pun terhibur karenanya, lalu terhenti.
Menyibak gumpalan awan kelabu hingga mata dunia melihatnya.
Yang dirasa bukanlah keindahan tujuh warna yang terlukis itu,
tapi ketika tahu bahwa ketujuh pelangi itu ternyata ada.
Meski tidak menampakan dirinya sekalipun di setiap hujan.



(genggong)


-an-

Kamis, 19 September 2013

Sabtu, 31 Agustus 2013

Senin, 26 Agustus 2013

Rabu, 14 Agustus 2013

puzzle

Ibaratnya kita sedang bermain sebuah permainan yang memerlukan kesabaran, yaitu puzzle. Sebuah permainan menyusun satu persatu keping dengan syarat tiap bagian yang terkait harus cocok supaya di akhir, ketika semua kepingan telah berada pada posisinya, dapat kita lihat keutuhan dari susunan kepingan tersebut. Puzzle tak bedanya dengan hidup. Antara satu bagian dengan bagian lainnya saling terkait satu sama lain. Untuk dapat menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita, harus kita temukan kepingan puzzle berikutnya yang membawa jawaban serta pertanyaan-pertanyaan baru yang jawabannya terdapat pada kepingan berikutnya. Begitu seterusnya hingga permainan selesai.

Anggap saja puzzle yang sedang kita mainkan ini terdiri dari seribu kepingan yang harus kita susun menempati posisinya. Dalam proses menemukan satu kepingan yang tepat di antara sekian kepingan sisanya kita akan merasakan naik turunnya emosi dalam diri kita sendiri. Kesal, bingung, mau menyerah, gak sabar, dan sebagainya. Bersabarlah dan teruskanlah usahamu itu. Tiap kepingan yang di cari ada di situ, di tumpukan keping yang terserak di lantai, sedang bersembunyi minta di jemput. Biar lebih mudah ikutilah pola pada papan puzzle yang telah disediakan. Nah, setelah semua kepingan berada tepat pada posisinya, jadi sudah puzzlenya!

Yup! Di depanmu kini telah berbaris rapi seribu kepingan puzzle dengan latar putih polos. Tidak ada goresan apapun selain putih dan sebagai hadiah kau diberikan kesempatan untuk mewarnainya atau membiarkannya tetap putih seperti itu.


Oh iya! Jangan sampai satu keping pun hilang ya :)


-an-

Senin, 05 Agustus 2013

pesawat terbang

Seorang bocah dan seorang dewasa sama-sama diberikan selembar kertas yang masih putih bersih. Masing-masing diberi kebebasan untuk membuat sesuatu dari kertas tersebut dengan kata petunjuk “Terbang“. Dengan cepat, seorang dewasa memutar memori otaknya untuk menemukan kembali cara melipat kertas menjadi sebuah pesawat terbang. Pesawat terbang kertas. Setelah teringat kembali bagaimana caranya, sekarang otaknya yang dengan cekatan segera mengirim sinyal-sinyal agar motorik jari-jarinya bergerak mengikuti gerakan yang sedang ditayangkan pada sebuah layar ingatan si seorang dewasa. Tak lama pesawat terbang kertasnya jadi lalu diterbangkan. Meliuk-liuk di udara, membelah angin,  dan mendarat mulus di tanah. Membuat kagum seorang bocah yang masih terdiam planga-plongo bingung. Ingin juga membuat pesawat terbang kertas seperti yang dimiliki si seorang dewasa itu, tapi ia tak punya ingatan apapun tentang cara membuat pewasat terbang kertas. Seorang dewasa tertawa bangga dan si seorang bocah meratapi kertas putihnya sambil manyun menunduk bingung. Mungkin sebentar lagi ia akan menangis karna pesawatnya tak kunjung jadi. Kecewa. Nyaris putus asa. Si seorang bocah menurunkan tangannya lemas, mengancam jatuh kertas yang sedang bergantung pada jepitan tangannya.
                                                    
Semesta hadir mencoba menghibur; mengutus angin bertiup menghampiri kertas si seorang bocah. Meniupnya dan menerbangkannya cukup tinggi. Seketika mata si seorang bocah berbinar dan memorinya menampilkan gambar dari sebuah benda yang sedang melayang tinggi di langit. Dipungutlah kertasnya yang telah mendarat di atas tanah lalu kembali menerbangkannya selagi angin sesekali mampir.

Tiba-tiba angin tidak lagi mampir. Si seorang bocah tak juga kehabisan akal. Ia ciptakan angin dari mulutnya sekuat tenaga. FUUUUUHHHHH!!!! Tiup. Terbang. Jatuh. Tiup. Terbang. Jatuh. Si seorang bocah tertawa cekikikan begitu bangga bersama kertas dan angin buatannya.

Sekejap kita dibuat berucap “Oh!“
Dan si seorang bocah dinobatkan sebagai pemenang.


-an-

Rabu, 31 Juli 2013

Minggu pagi

”Hai! Selamat pagi!”

Seperti biasanya, kau menyambut pagi di hari Minggu dengan senyum lebarmu. Berjalan menuju balkon atas tempatku biasa memulai pagi dengan berita-berita tentang ibu kota. Secangkir teh manis hangat di tangan kirimu dan roti bakar keju-susu di tanganmu yang satunya. Kau tahu betul sarapan pagi kesukaanku di hari Minggu. Lalu akan kau letakan keduanya di atas meja kayu di sebelah kiri tempat aku duduk. Setelah itu kau akan berjalan menuju sebuah kursi panjang yang bersandar pada pagar balkon. Berlatar belakang pepohonan hijau dan bukit kecil yang samar terlihat tertutup sedikit kabut. Kemudian kau duduk di atas kursi panjang itu, tepat di seberangku, melihat ke arahku, menunggu aku sadar lalu menurunkan koran pagi yang sedang ku baca dari depan wajahku. Aku hafal betul kebiasaanmu itu.

Pada pagi di hari Minggu biasanya, aku tidak akan menurunkan koran yang tengah ku baca dari depan wajahku hingga aku merasa kau sudah menekuk wajahmu kesal.

“Sepertinya ibu kota sedang mengalami hal serius ya? Setiap Minggu ya? Hingga kau terlalu fokus dengan berita itu dan tak peduli dengan sekitarmu 'yang lebih dekat'.“ Sindirmu.

Dari balik koran, aku menduga-duga tingkat kekesalanmu hari ini melalui nada bicaramu. Membayangkan rupa wajahmu yang minta diperhatikan. Dasar imaji! Aku tak sanggup lagi menerka wajah jelekmu itu hingga pundakku mulai bergetar diikuti suara tawa yang semakin lama semakin membesar.

“Ya, setiap Minggu. Aku harap selalu ada berita tentang keadaan ibu kota di koran Minggu pagi yang membuatku fokus.“ Balasku.

Aku mulai menutup koran Minggu pagi dan menaruhnya di samping cangkir teh di meja sebelah kiriku dan tangan kananku menggantinya dengan menggenggam secangkir teh manis hangat yang mulai ku seruput perlahan sebelum kembali membuka obrolan denganmu. “Sindiranmu selalu sama setiap pagi. Apa kau tak bosan?“

“Hah, kau ini! Sindiran itu akan tetap sama sampai kau membuat aku tidak menyindirmu lagi.“

“Sayangnya aku akan tetap membuatmu menyindir seperti itu di hari Minggu pagi.“ Kataku sambil tersenyum menatap matamu dan biasanya dalam hitungan sepuluh detik saja kau sudah memalingkan wajahmu seolah-olah sedang memandang pohon-pohon hijau di luar sana, padahal kau tersipu malu karna terlihat ujung bibir dan tulang pipimu sedikit lebih tinggi dari yang kuperhatikan sebelumnya. Kau mencoba menahan senyum yang jelas-jelas telah gagal.  Aku kembali menyeruput teh manis yang kini sudah tak begitu hangat.

Sangat mudah mengetahuimu dari matamu. Seberdusta apapun kau, matamu akan membocorkan segalanya. Aku mengagumimu karna matamu. Matamu hidup. Dan ketika kau sedang marah atau kesal, aku cukup meredamnya dengan menatap sepasang mata yang sedang berkoar-koar itu. Seketika api dalam sepasang mata itupun mereda.

Lalu  kau akan memaling wajahmu ke arahku dan menghujamku dengan berbagai cerita yang telah kau kumpulkan selama sepekan, lengkap dengan gerak gerik tubuhmu yang menghiasi cerita-ceritamu, menjerat perhatianku. Lalu kita tertawa bersama-sama, saling menimpali cerita satu sama lain. Tak terasa satu hari terlewati begitu saja dan kita selalu menunggu hari Minggu berikutnya untuk segera cepat datang.

Dan hari Minggu yang ditunggu datang. Hari ini suaramu tergiang sama seperti di hari-hari Minggu sebelumnya dan aku tak juga menurunkan koran Minggu pagi dari depan wajahku. Kau menyindirku dengan sindiran yang sama setiap Minggu pagi. Aku tak juga menurunkan koran dari depan wajahku. Tak lagi menduga-duga seperti apa wajah kesalmu, tetapi sedang menerka-nerka di mana kau berada sekarang setelah pertengkaran besar semalam. Kau pergi membawa sepasang mata kehidupanku. Kembalilah. Aku ingin kau kembali.



Aku masih menatap koran Minggu pagi, mencari-cari dengan teliti, berharap ada berita kau telah kembali duduk di hadapanku, menatapku, menunggu ku menurunkan koran dari hadapanku.


-an-


#FF2in1        nulisbuku.com/@nulisbuku

anak-anak payung

awan kelabu,
langit memendung,
dan hujan 'kan segera turun
menyapa anak-anak payung
yang girang melihat hujan rintik telah turun.
mereka berlari menyambut hujan,
seakan kawan lama bersua.
membiarkan payung-payung tertutup rapat.


          kecipak-kecipuk.
          anak-anak payung berlarian,
          menginjak genangan air basah,
          pergi menuju tempat tujuan.


                  hujan membelai anak-anak payung.
                  memberi kebahagiaan yang dititip Tuhan.
                  mereka, anak-anak payung, sedang gembira bermain hujan.
                  sebuah permainan alam yang istimewa.
                  membuat terlupa beban hidup sejenak.


                           payung segan ia sendiri gunakan.
                           namun sebagai sarana mengantar
                           bagi orang yang sudi menukar seperak dua perak
                           agar bisa ke seberang jalan.
                           berlindung dari hujan yang mengusik.
                           "ah, tak mengapalah"
                           kata anak-anak payung.
                           "asal hujan senantiasa betah bermain-main bersama kami.
                           hujan... hujan... andai mereka tahu hari ini kau begitu ramah..."


-an-

Sabtu, 27 Juli 2013

sayang, sayang, ibuku sayang...

di atas bahtera perjalanan seribu air mata,
seorang ibu menangis melihat anaknya merintih perih,
sambil di dekap bersama selimut kasih.
sayang, sayang, anak ibu sayang...

air mata tak jatuh di atas bahtera,
tapi laut terlihat semakin meluap,
menguncang-guncang bahtera perlahan.
anak ibu membalas mendekap lebih kuat,
gemetar gemetar badan bergetar,
bukan karna takut yang di rasa bahtera bergoyang.

hadir tangisan baru dari anak ibu,
merintih pedih,
menjawab sambil berbisik:
sayang, sayang, ibuku sayang...


-an-

Kamis, 25 Juli 2013

ada pilihan lain(nya)

sepertinya berada pada posisi 'tidak ada pilihan lain' itu lebih baik ketimbang berada pada posisi di antara dua pilihan atau lebih yang mengharuskan kita untuk memprioritaskan salah satunya. 'tidak ada pilihan lain' membuat kita tidak perlu capek-capek memperhitungkan plus-minus, baik-buruk, segala resiko, dan segala kemungkinan dari masing-masing pilihan yang ada. adanya ya 'tidak ada pilihan lain', ya mau gak mau, gak usah pusing-pusing mikirin a, b, c, d, dan seterusnya. tapi hidup memberikan hak kepada kita yang masih hidup untuk menentukan pilihan di antara pilihan-pilihan yang di sajikan. si 'tidak ada pilihan lain' pun lenyap. karna ketika kita memutuskan untuk memilih si 'tidak ada pilihan lain' itu, ternyata juga ada pilihan untuk tidak memilih si 'tidak ada pilihan lain', yang selalu bersanding dengannya. ya, tepat berdampingan dan salah satu akan berada di depan yang satunya ketika kita sudah membuat suatu pilihan. jadilah si 'tidak ada pilihan lain' berubah menjadi 'ada pilihan lain(nya)'


selama masih bisa memilih, apa mau memilih 'tidak ada pilihan lain'?


selamat memilih! selamat berkutat dengan pertimbangan!


-an-

Senin, 22 Juli 2013

rupa

amat berbeda antara cermin dan kaca. ketika kau berdiri tepat di depan keduanya akan kau dapati bayangan yang entah rupa pada kaca. sedang pada cermin akan kau dapati kau punya rupa. jadi hendaklah mana yang kau lakukan? bercermin atau berkaca?


-an-

Jumat, 19 Juli 2013

pagelaran

Ditiup sebuah seruling bambu,
jari jemari membuka-tutup lubang-lubang seruling 
mencipta sebuah melodi penggoda.
Menggoda diri menari.
Senang. Senang.  

Setelah itu giliran sebuah terompet ditiup.
Juga mencipta sebuah melodi penggoda.
Menggoda para bukit, laut, dan langit turut serta menari,
berlenggak-lenggok bersama seluruh semesta.
Kita tak lagi menari sendiri.

Seluruh mata bahkan terpana
melihat sebuah pagelaran tari megah yang diiringi sangkakala.

Senang? Senang?


-an-

Kamis, 18 Juli 2013

sentil

ada jawaban menggantung-gantung di langit, sekali sentil langsung jatuh turun ke bumi. tapi belum juga ada yang menyentilnya, baik dalam doa maupun usaha.


-an-

Selasa, 16 Juli 2013

pelakon

dan para pelakon sedang bermain di atas alur yang bercerita


-an-

mau ke mana?

dermaga itu tujuannya
lautan pilihannya
bahtera ini hidupnya
dan diri kita si nakhodanya


-an-

gerhana (sang surya)

akhirnya sang surya bertemu dengan sang rembulan. tidak bisa dibohongi paras bahagia keduanya, yang mendorong mereka untuk berpelukan erat seakan menggugurkan berabad-abad rasa rindu yang di buangnya jatuh ke bumi. kecemburuan pun timbul dari para penghuni bumi dan seketika itu juga melesat satu anak panah dengan cepat, menusuk tepat di dada keduanya, nyaris menggores jantung masing-masing, dan disaksikan oleh seluruh penghuni bumi. satu anak panah singgah di dada mereka, anak-anak panah lainnya siap menyusul. jika mereka mati, matilah semua. sang surya memohon agar satu anak panah di dada mereka segera di cabut dengan persyaratan sang surya tidak akan lagi memeluk sang rembulan bahkan tak akan bertegur sapa hingga tidak tercipta kecemburuan di bumi. satu anak panah di dada mereka dicabut oleh yang sakti dan sang surya dan sang rembulan pamit berpisah. entah sampai kapan, tapi ketika bertemu, mereka hanya bertegur sapa diam, saling melihat punggung masing-masing kemudian berlalu pergi.


-an-

Senin, 15 Juli 2013

pemuda tak bernama

pada waktunya, si pemuda tak bernama akan memiliki nama


-an-

air yang mengalir

katanya "air mengalir akan bermuara ke lautan". ya, mungkin benar. tetapi ada sebagian air yang memilih jalan hidupnya untuk tidak berakhir di lautan. contohnya, ada air yang mengakhiri hidupnya dengan mengisi pori-pori tanah. menelusurinya. ia tahu kemana ia harus pergi, yaitu memberi kehidupan bagi makhluk hidup lain, menjadi penghilang dahaga bagi tumbuhan. sebagian air yang mengalir memilih untuk tidak mengikuti kebanyakan air yang menuju ke laut. mereka memilih jalan hidup lainnya. mereka membuat dirinya bermanfaat lebih dulu. bukannya air di lautan tidak bermanfaat, mereka juga bermanfaat tetapi mereka menempuh perjalanan yang lebih jauh dengan pesaing yang lebih banyak di tempat tujuan. jadi, mau mengalir menuju lautan atau memilih jalan lain seperti air pada tumbuhan? itu pilihan kok, jalan hidup kan pilihan. keduanya bisa sama baiknya asal kita tahu pasti apa dan mengapa kita memilih pilihan tersebut dan kita arahkan untuk apa, bagaimana, dan ke mana?

"(jangan) biarkan hidup mengalir apa adanya, karna air yang mengalir (tidak selamanya) akan bermuara ke laut."


-an-

Sabtu, 13 Juli 2013

cermin

banyak topeng terperangkap dalam cermin
tiap hari berkaca satu per satu secara bergantian
mengumbar kepenatan, mengumbar kegembiraan, mengumbar bisikan hati
yang dimuntahkan di hadapan cermin
sambil memaki, mengumpat, bahkan bergaya bak penjilat
dan cermin tak peduli siapa dia
ribuan topengnya sudah terperangkap di sana


-an-

titik

titik nol
titik jenuh
titik balik
titik.


-an-

Kamis, 11 Juli 2013

ada

kau perkenalkan namamu 'Ada'
jadi, ketika kutanya "apa kau ada?"
kau pasti jawab 'ya, aku Ada.'
seharusnya sebelum kau berlalu pergi,
kutanya dulu nama lengkapmu
sehingga jelaslah
kenapa kau "Tidak Ada"


-an-

gelas kata

akan dituangkan kata
ke dalam gelas kau punya kosong
minum atau tidak, terserah kau punya mau
karna kau yang punya pikir dan kau yang punya raga


-an-

Senin, 08 Juli 2013

nada-nada pemuda tak bernama

Nada-nada itu kembali hadir menemui
Untuk mengajak pergi berlari
Menari-nari di padang ilalang sepi
Hanya sendiri
Dituntun angin dingin dan
jatuh di peluk rerumput luas
Dinaungi lautan langit yang dihuni awan berarak
terlihat sedang bermain menyembunyikan separuh surya
Menutuplah rela pelupuk mata,
bernapas mengisi jiwa,
mencari nada-nada yang di tiup angin lepas
dan merdu dilantunkan semesta
Nada-nada yang masih sama
Terdengar,
seperti pada hari sepasang mata bertemu pandang
Tidak tahu siapa nama
Hingga sore menjelang
Nada-nada belum juga bercerita nama
dari sepasang mata milik seorang pemuda
dan napas masih mengisi jiwa yang sama,
menanti nama di ujung nada yang sama
Setelah tadi kembali melihat sepasang mata
milik seorang pemuda tak bernama



-an-

Minggu, 07 Juli 2013

kenalan-sendiri

Kemarin katanya lagi-lagi kau sendiri?
Tadi juga kau sendiri?
Sekarang masih sendiri?
Apa besok masih mau sendiri?
Rupanya kita belum mengerti.
Sendiri yang kita bilang satu itu,
sebenarnya genap dua.
Ada Tuhan tuh.
Sudah kenalan belum?


Tuhan, kita kenalan yuk!

-an-

tik tok TENG!

Terdengar tidak?
Suara jam di dinding
Yang berdetak
Tik
Tok
Tik
Tok
Kini membungkam
Tepat pukul 0
TENG!
Ikut tertidur pulas


-an-

Sabtu, 06 Juli 2013

hari yang dulu

bisakah kita bertemu dengan hari yang dulu
pada hari kau berkisah tentang senja
ketika kita duduk di atas pasir putih ditemani deru ombak
kau bilang matahari akan segera pergi
saat itulah kita bertemu senja
kau katakan senja adalah pertemuan
aku katakan senja adalah sebuah perpisahan
kau bilang senja sebuah penantian
aku bilang senja adalah harapan kosong
matamu berkata melihat jingga
mataku berkata melihat kelam
lalu kaupun bertanya mengapa?

pada hari kau berkisah tentang senja
aku memulai kisah tentang malam
ketika senja menghilang,
alam mendukung latar cerita perlahan
ada bulan besar di depan mata kita
yang  tidak mau mengganggu malam dengan sinarnya
tapi kau bilang kau tak suka malam
aku bilang aku suka malam
malam adalah waktu menyepi terbaik
kau bilang malam adalah tidur
aku bilang malam adalah terjaga
dan kau akan menemui kau di situ

esoknya kita kembali melihat senja dan malam
sekarang kau bilang matamu melihat kelam
aku justru melihat jingga
kau bilang kau terjaga pada malam
justru aku tertidur pada malam
kau sepakat senja adalah harapan kosong
aku malah sepakat senja adalah penantian
kau berkata kau suka malam
aku berganti suka senja
kau suka senja
aku suka malam

akhirnya kita tahu
meski kita simpan dalam diri masing-masing.

jadi, bisakah kita bertemu pada hari yang dulu itu?
setelah kau berkisah tentang senja
kita akan berkata bahwa ternyata kita tak pernah sepaham


-an-

Jumat, 05 Juli 2013

telepon

semalam berdering dering telepon di ruang tengah rumah dan malam yang mengangkatnya menyapa 'selamat malam.' tak lama, malam menatap kearahku, bingung. katanya si penelpon mencari seseorang. aku bilang pada malam, "coba kau tanyakan, dari siapa?" dan tak lama malam kembali berkata sambil berbisik kata 'seseorang'. "sekarang kau tanyakan, mau mencari siapa?"
'seseorang.'
"iya.. tanyakan nama seseorang itu."
'se-se-o-rang.'
"NAMANYA!"
'katanya seseorang! dia mencari seseorang! dari seseorang! namanya seseorang!'
"sudah! jangan buat saya pusing dengan seseorang yang mencari seseorang yang bernama seseorang! sekarang tanyakan ada perlu apa seseorang dengan seseorang? biar nanti kalau seseorang tiba ada seseorang yang memberitahunya."

malam kembali menempelkan telinganya lekat pada gagang telepon, memastikan mendengar dengan baik jawaban dari seberang sana.

'sesuatu' sambil mengernyitkan dahi, malam memberitahu jawaban dari seberang.
"iya... tapi apa sesuatunya itu?!"

kembali malam bertanya pada seseorang di seberang dan kembali ia mengernyitkan dahi. 'ada sesuatu. dia hanya bilang ada sesuatu.'

"jangan bercanda! kemarikan teleponnya!"
'tidak tuan. dia ingin berbicara dengan seseorang, bukan dengan tuan.'
"begini saja, kau bilang padanya kalau seseorang ada. lalu kau berikan telepon itu kepadaku."
'kau menyuruhku berbohong?'
"tidak, tidak. kau tidak berbohong. kita hanya bermain peran saja. kau sebagai malam dan aku sebagai seseorang. ini hanya sebuah permainan."

malam terus menimbang-nimbang pernawaran barusan.
"sudah jangan terlalu lama berpikir."

'ini hanya peran ya!' tegas malam. 'tanpa dusta'
tak lama, malam memberikan gagang telepon itu.

kemudian seseorang mengawali pembicaraan dengan seseorang di seberang sana.
"selamat malam. saya seseorang. katanya ada sesuatu yang ingin anda sampaikan kepada saya? kalau boleh tahu ada apa dengan sesuatu? apa sesuatu yang buruk terjadi kepadanya?"
'ah! seseorang! ya! ya! sesuatu terjadi padanya!'
"ada apa dengan sesuatu?"
'ada kabar.'
"baik atau buruk?"
'kacau.'
"apa ada hubungannya denganku?"
'apa kau seseorang?'
"ya"
'kalau ya kau seseorang, maka benar ada hubungannya denganmu'
"kau juga seseorang kan?"
'ya'
"berarti ada hubungannya juga denganmu?"
'tidak! tidak! ah! iya! iya! tapi nanti.'
"nanti? begini tuan seseorang, saya rasa sudah cukup bercandanya. pembicaraan ini sungguh bertele-tele. sekarang tolong dipersingkat dan diperjelas apa yang anda ingin maksudkan?"
'maafkan saya tuan, saya hanya ingin memberitahu sesuatu terjadi...'
"pada?"
'alam. kacau.'
"alam? lalu?"
'saya ingin minta pertanggungjawaban dari seseorang karna seseorang akan menjadi korban nanti. anda seseorang kan?'



-an-

Selasa, 02 Juli 2013

meninggalkan

raja mati meninggalkan tahta
penulis mati meninggalkan karya
guru mati meninggalkan ilmu
surya mati meninggalkan lelap
tikus mati meninggalkan bangkai


yang hidup akan mati
yang mati akan meninggalkan
aku hidup akan mati
apa yang ditinggalkan?


-an-

Minggu, 30 Juni 2013

antara

antara suhu dan air terselip emosi.
jika suhu itu semakin merendah, air semakin mengeras padat  rapat menyatu.
dingin.
tapi jika suhu semakin tinggi, air akan menguap lepas
dan jumlahnya semakin berkurang.
katanya sudah tidak ada lagi tempat sepaham.


antara manusia dan hidup terdapat air.
jika air itu dingin beku, matilah rasa perlahan.
namun jika air itu memanas, akan menguap lepas perlahan.


antara manusia dan hidup terdapat masalah.
dan di antara membeku dan menguap ada yang mengalir tenang.


-an-

Jumat, 31 Mei 2013

surat seseorang

Semesta, kapanpun kau baca


Untuk seseorang,


Hai! Pernahkah kau mendengar semesta menyeru? Kepada nama selain Tuhan.
Seseorang yang berjarak.
Surat ini kutulis karena semesta yang pinta.


Dari,

Seseorang.



-an-

Jumat, 17 Mei 2013

yang dinanti-nanti seseorang

Bumi telah berselimut malam. Jutaan orang yang lalu lalang sejak pagi, sekarang hilang di balik selimut tidurnya. Memejamkan mata dan pergi ke alam mimpi masing-masing. Inilah waktunya tubuh-tubuh mereka relaksasi setelah seharian mengarungi  penat dan terik.

Di situ, di ujung keheningan malam, awan-awan malam berusaha meninabobokan seseorang, tapi seseorang tak juga kunjung tidur, malah mengajak awan-awan malam berbincang diam bersama angin malam. Dan kepulan asap teh hangat cemberut pergi meninggalkan cangkir mungil, tempatnya menunggu.

Masih diam. Seseorang menaruh sikunya di atas lengan kursi tua, berpangku tangan menanti-nanti. Pantatnya tak juga mau beranjak pergi. Menempel lekat pada dasar kursi. Terdengar hentak kecil kaki semakin menjadi-jadi! Ah! Seseorang yang sedang menanti-nanti!

"Sabar. Sabar." Adalah kata yang terucap dalam hati.

Ditengoknya jam dinding putih yang bertengger di atas televisi. Jarum jam menunjuk tepat pukul 1 dini hari! Dan dia belum juga datang!

Kekecewaan mulai membungkus harapan seseorang yang sedang menanti-nanti. Seseorang pun beranjak menuju kamar mandi. Gosok gigi dan cuci kaki, hendak pergi tidur dan tidak memedulikan lagi yang dinanti-nanti sedari tadi.

Akhirnya selimut malam ditarik menutup diri. Awan-awan dini hari mulai bersenandung nina bobo dan jiwa seseorang siap diserahkan pada pagi untuk terpejam mengarungi mimpi, ketika terdengar yang dinanti hadir memanggil:



"TE, SATEEEEEE! SATE AYAMNYA DEEEEEEEK!"



Nah!


-an-

Senin, 06 Mei 2013

peluk

Merayu lembut sinar sang surya merasuki sela-sela pelupuk mata dan mengalir melalui nadi-nadi tubuh. Memaksa mata membuka, menikmati pagi. Telapak-telapak tangan kecil menyapa manja sang surya.
Surya surya kemarilah
Bawa sinarmu memeluk dekat
Peluk aku peluk, Sang surya!
Kemari…
Kemarilah!
Di dalam cerobong asap, kunang-kunang merajut ribuan cahaya. Letih. Lalu mati satu persatu.
Iba, merpati putih terbang tinggi mengabarkan pada langit dengan siulan bisunya.
Memendunglah wajah langit mendengar, menunjuk tanda duka...
Gelap.
Tercium bau udara duka di sini...

Peluk aku peluk!
Hibur aku sang surya!
Dekap!
Dekap aku bersama hunusan sinarmu!
Yang berpendar menguasai pagi!


Berlari aku mencari, berteriak sendiri
PELUK AKU PELUK, SANG SURYA!
HUNUSKAN SINARMU PADA NADI-NADIKU!
TELUSURI ALIRAN DARAH-DARAH TUBUHKU!
RACUNI DAN BUNUHLAH AKU KEMUDIAN!
MUAK! MUAK! AKU SUDAH MUAK!

Peluk...
Peluk aku, Sang surya...

Berpaling,
Sang surya malah melenggang pergi,
Aku benci harus mengejar lagi sang surya dan memohon!

Kurentangkanlah sepasang sayap yang tak mau mengepak,
bersikap bagai payung penangkal terik
dan surya, surya, sang surya semakin menjauh pergi
Seperti tidak mau menoleh lagi.
Tersinggung, ya?


Jangan pergi, sang surya...
Sang kunang-kunang telah mati di dalam cerobong asap pagi tadi...

-an-

Rabu, 01 Mei 2013

jejak

ada seseorang menatap dari balik jendela
ribuan langkah meninggalkan jejak
dalam jejak mengendap sebuah harapan
dalam harapan terselip ribuan doa

dan terdengar kicauan burung
menyanyikan pagi
lagu-lagu bagi sang kaki
mengajak langkah menari-nari
pergi menepi di pantai tepi


-an-

Sabtu, 27 April 2013

kentut, si bos besar, dan kentut si bos besar

ini cerita tentang si bos besar, kentut, dan kentut si bos besar. suatu ketika, bos besar dan kentut girang-girang hore sana-sini. kentut selalu meniru-niru si bos besar. kemana si bos besar berjalan ke situlah si kentut berlabuh. seakan si bos besar memiliki sebuah kekuatan kharismatik bagi si kentut. sebenarnya si kentut menyimpan kagum pada si bos besar dan ketika mereka tumbuh besar, si kentut masih saja bersembunyi di belakang bos besar, tidak mau pergi dan mengumpat berlindung. tapi tidak bisa! tidak bisa terus begini! kentut harus menjadi diri sendiri. menjadi kentut!

sekarang ceritanya si kentut pun akhirnya sadar. ia sudah siap mengambil langkah pertamanya. mencari pelabuhannya sendiri.

tapi, kentut...

ah! sudah-sudah! kentut tidak bisa selamanya berada di balik punggung si bos besar terus! hem... apa kata yang tepat? mandiri? oh ya! kentut harus mandiri! selain menjadi diri sendiri, kentut juga harus mandiri. ya, ya, ya!

kemudian berjalanlah kentut di atas langkah pertamanya. langkah kedua, ketiga , keempat... eh dia malah kembali menemui bos besar. bos besar heran, kentut kembali dengan perasaan bahagianya. 

"kamu kenapa, Tut?"

ceritalah si kentut kalau di perjalanannya tadi dia bertemu seseorang yang tanpa memaksa membuat dirinya terpesona. lalu berubahlah air muka kentut karena itu, semenjak itu. kentut bilang kalau kentut bingung. ia harus apa? bagaimana? maka pulanglah kentut dan menemui bos besar dan bercerita tentang seseorang itu. kata bos besar, kentut sedang jatuh cinta. eh? benarkah? kentut heran bengong-bengong. dan si bos besar bersiap memasang kupingnya untuk menjadi muntahan kata-kata kentut di hari-hari selanjutnya. cerita-cerita kentut. keluhan-keluhan kentut dan sebagainya. kadang, ada saatnya kita hanya membutuhkan sepasang telinga untuk mendengarkan, dan kentut senang, bos besar mau mendengarkan! kadang keluar juga nasihat-nasihat tua si bos besar ketika dirasa diperlukan.




bos besar, mungkin kelak akan ada saatnya kentut tidak kembali. bukan karena kentut muak, bukan karena kentut jenuh, bukan karena kentut marah. tapi mungkin itulah saatnya kentut telak menjadi kentut. lepas dari balik punggung bos besar, lepas dari pantat bos besar. sekarang kentut mau kembali berjalan, meneruskan langkah kentut menuju pelabuhan kentut sendiri. tidak lagi seperti kita kecil, ketika kentut ingin menjadi seperti bos besar. 

tapi sampai besok, besok, besoknya besok. kapanpun. kentut tetap kentutnya si bos besar...


"TERIMA KASIH, BOS BESAR!"



untuk si bos besar: tetap menjadi si bos besar untuk kentut-kentutnya



-an-

Rabu, 17 April 2013

jalan

"Kita memilih jalan setapak sendiri-sendiri. Aku dengan jalan setapakku dan kamu dengan jalan setapakmu. Di setiap jalan setapak yang kita lewati, akan kita temui jalan-jalan setapak berikutnya. Mau kemana kamu? Mau kemana aku? Dari jalan-jalan setapak itu, nanti akan ada persimpangan. Di persimpangan itulah kita akan bertemu dan kita akan melihat kembali jalan-jalan setapak yang menghampar di depan persimpangan itu; tanda kalau kita tidak boleh berlama singgah. Nah, pada saat itu apakah kamu akan mengambil jalan setapakmu dan aku mengambil jalan setapakku, lalu berharap bertemu di persimpangan berikutnya? Atau kita akan mengambil jalan setapak kita?..."




Sayang, pembicaraan itupun berakhir bisu hingga tiba di persimpangan...



-an-

aku tunggu kau


Kalau besok embun masih berpeluk kaca, irama hujan masih menghiasi, dan matahari masih enggan ditemui, aku tetap akan terus berharap sampai kumpulan awan itu menyingkirkan dirinya sendiri.


-an-

sepasang mata di seberang


Ada sepasang mata sedang beradu pandang ingin mengucap sesuatu tentang mimpi-mimpi malam mereka, tapi terjarak oleh kelambu sunyi tanpa ditemani hembusan angin. Dan sepasang mata saling menerka mencari jawab dari sepasang mata di seberang yang sudah berisyarat dalam jarak, dalam mimpi-mimpi mereka.

-an-

Jumat, 12 April 2013

Minggu, 07 April 2013

tersiratnya tersurat

tersirat dalam yang tersurat.
tersurat dalam yang tersirat.
berbicaralah secara tersirat dan pahamilah secara tersurat.
atau...

atau..

atau.


atau apa?

-an-

tujuh

tujuh pelangi yang bertengger di atas tujuh langit menulis tujuh lembar pesan dalam tujuh kata:

"Di mana kau hari ini? Aku rindu."

membacanya tujuh angin, kemudian mereka berputar pergi mengelilingi bumi. membawa tujuh lembar pesan dalam tujuh kata. menelisik sela-sela bumi mencari 'tujuh kau' yang dimaksud oleh tujuh pelangi. bersedia menemui dan membawa tujuh kau ke atas tujuh langit, mengikis tujuh rindu yang sudah mengerak.

letih.
tujuh angin terhenti sejenak, menanti tujuh kunang-kunang menepi. bertanya di mana tujuh kau berada. bersama tujuh angin, tujuh kunang-kunang pergi mengantar. tapi sayang, ia mati di tengah jalan dan tujuh angin diam kembali sambil ditonton tujuh purnama.

berkata tujuh angin pada tujuh purnama yang sedang memandang mereka lekat, di mana tujuh kau berada, lembaran tujuh rindu sudah mulai lapuk dan memudar harap.

tujuh purnama menggeleng tak tahu siapa tujuh kau yang dimaksud.

tujuh angin termenung kecewa hingga datang tujuh kau dan tujuh hari menghampiri. membawa tujuh kata kabar gembira: 'Tujuh pesan dan angin, telah aku baca.'

tujuh angin bersorak gembira, pulang ke atas tujuh langit menemui tujuh pelangi bersama tujuh kau.

tujuh pelangi tersenyum,
sekarang tujuh pelangi dapat turun ke bumi memancarkan tujuh warna bersama tujuh kau, yang selalu datang setelah hujan.


dan sebenarnya, tujuh angin tidak bertemu dengan tujuh kau...


-an-

Kamis, 04 April 2013

pilihan

ada dua bagian rasa yang diberi Tuhan, yaitu bagian untukNya dan bagian untuk orang yang diberikan rasa itu oleh Tuhan, kita. kita punya bagian dari rasa itu, mau diberikan kepada siapa atau tidak sama sekali, mau menggunakannya atau malah membiarkannya. itu pilihan. yang jelas Tuhan akan menggunakan bagiannya. Dia akan memberikan sebagian dari bagiannya kepada tiap dua insan yang akan dilebur jadi satu. terhanyut dalam buaian rasa abadi antara dua insan tersebut dengan perantara Tuhan. dan masalahnya adalah mau menyadarinya atau tidak? lagi-lagi itu adalah sebuah pilihan.


-an-

Sabtu, 30 Maret 2013

menangislah

Memang bukan luapan air mata yang akan membenam permasalahan.
Bukan sesegukan isak tangis yang mengundang belas kasih dan terselamatlah diri.
Tapi jika memang menangis yang ingin dirasa,
menangislah...

Saat yang dirasa semakin meluap memaksa keluar.
Mulut bertentang, mengunci rapat.
Kau geram, tak sanggup meredam
dan ingin menangis kencang,
menangislah...


                                Ada seorang bayi menangis di tengah malam 
                                mendapati kegelapan yang sunyi
                                lalu ia menangis...
                                Menyeru agar ditemani.

                               Dikejauhan dalam kegelapan yang sama
                               ada seseorang sedang menuding-nuding bayang yang ditemui bersama sunyi.
                               Berusaha menahan diri untuk tidak menyeru,
                               seseorang semakin terbawa jauh menyelam dalam kegelapan
                               dipermainkan teka-teki bayang yang bersembunyi dalam sunyi.


Terundang, malaikat turun mengintip dari balik jendela seseorang yang meringkuk dalam kesunyian malam.
Mengetuk kaca berkabut, meminta izin masuk
menawarkan setetes air mata dari balik sayap tubuhnya.

                              
                              Sebentar lagi,
                              seseorang akan menyeru seperti seorang bayi di tengah malam,
                              menangis minta ditemani.

-an-