Kepada dua anak
manusia,
dengarlah petikan
gitar diluar sana,
mengiringi sebuah lirik yang dituliskan seseorang untukmu:
Tanpa melihat, kau tahu siapa yang berucap selamat
datang.
Aku datang selalu pada malam yang terang.
Memberikan kenyamanan untuk terus berselimut
khayal
tentang raga
dua anak manusia yang menjauh.
Tanpa tatap, masih berdiam dalam jarak,
tersembunyi luka keduanya.
Lalu aku mulai bernyanyi...
Kepada dua anak manusia yang menjauh,
ketahuilah,
tanpa tatap kau sedang memupuk sebuah cerita
yang akan kau bagi kelak.
Entah kapan
Entah kepada siapa
Menunggulah dan jangan terus menunggu
agar kau tahu
kapan dan kepada siapa
cerita itu kemudian minta diceritakan
Meski sekarang kalian masih berdiam dalam jarak.
Ceritakanlah...
Ceritakanlah...
Di suatu hari kelak...
Dan ketahuilah,
Ketika aku beranjak pergi
Ketika matahari berucap selamat datang
Ketika khayal telah berakhir
Ketika itu pula
raga dua anak manusia yang menjauh
akan saling bertatap lantas bercerita
untuk memulihkan luka masing-masing
di suatu hari kelak
di suatu hari kelak
itulah suatu hari kelak.
Nah, kepada dua
anak manusia yang sedang terluka,
berbahagialah!
Hujan
sudah menyanyikan semuanya untukmu.
Dan seperti lirik yang diakhiri dengan titik,
ia akan segera berakhir.
-an-