Jumat, 31 Mei 2013

surat seseorang

Semesta, kapanpun kau baca


Untuk seseorang,


Hai! Pernahkah kau mendengar semesta menyeru? Kepada nama selain Tuhan.
Seseorang yang berjarak.
Surat ini kutulis karena semesta yang pinta.


Dari,

Seseorang.



-an-

Jumat, 17 Mei 2013

yang dinanti-nanti seseorang

Bumi telah berselimut malam. Jutaan orang yang lalu lalang sejak pagi, sekarang hilang di balik selimut tidurnya. Memejamkan mata dan pergi ke alam mimpi masing-masing. Inilah waktunya tubuh-tubuh mereka relaksasi setelah seharian mengarungi  penat dan terik.

Di situ, di ujung keheningan malam, awan-awan malam berusaha meninabobokan seseorang, tapi seseorang tak juga kunjung tidur, malah mengajak awan-awan malam berbincang diam bersama angin malam. Dan kepulan asap teh hangat cemberut pergi meninggalkan cangkir mungil, tempatnya menunggu.

Masih diam. Seseorang menaruh sikunya di atas lengan kursi tua, berpangku tangan menanti-nanti. Pantatnya tak juga mau beranjak pergi. Menempel lekat pada dasar kursi. Terdengar hentak kecil kaki semakin menjadi-jadi! Ah! Seseorang yang sedang menanti-nanti!

"Sabar. Sabar." Adalah kata yang terucap dalam hati.

Ditengoknya jam dinding putih yang bertengger di atas televisi. Jarum jam menunjuk tepat pukul 1 dini hari! Dan dia belum juga datang!

Kekecewaan mulai membungkus harapan seseorang yang sedang menanti-nanti. Seseorang pun beranjak menuju kamar mandi. Gosok gigi dan cuci kaki, hendak pergi tidur dan tidak memedulikan lagi yang dinanti-nanti sedari tadi.

Akhirnya selimut malam ditarik menutup diri. Awan-awan dini hari mulai bersenandung nina bobo dan jiwa seseorang siap diserahkan pada pagi untuk terpejam mengarungi mimpi, ketika terdengar yang dinanti hadir memanggil:



"TE, SATEEEEEE! SATE AYAMNYA DEEEEEEEK!"



Nah!


-an-

Senin, 06 Mei 2013

peluk

Merayu lembut sinar sang surya merasuki sela-sela pelupuk mata dan mengalir melalui nadi-nadi tubuh. Memaksa mata membuka, menikmati pagi. Telapak-telapak tangan kecil menyapa manja sang surya.
Surya surya kemarilah
Bawa sinarmu memeluk dekat
Peluk aku peluk, Sang surya!
Kemari…
Kemarilah!
Di dalam cerobong asap, kunang-kunang merajut ribuan cahaya. Letih. Lalu mati satu persatu.
Iba, merpati putih terbang tinggi mengabarkan pada langit dengan siulan bisunya.
Memendunglah wajah langit mendengar, menunjuk tanda duka...
Gelap.
Tercium bau udara duka di sini...

Peluk aku peluk!
Hibur aku sang surya!
Dekap!
Dekap aku bersama hunusan sinarmu!
Yang berpendar menguasai pagi!


Berlari aku mencari, berteriak sendiri
PELUK AKU PELUK, SANG SURYA!
HUNUSKAN SINARMU PADA NADI-NADIKU!
TELUSURI ALIRAN DARAH-DARAH TUBUHKU!
RACUNI DAN BUNUHLAH AKU KEMUDIAN!
MUAK! MUAK! AKU SUDAH MUAK!

Peluk...
Peluk aku, Sang surya...

Berpaling,
Sang surya malah melenggang pergi,
Aku benci harus mengejar lagi sang surya dan memohon!

Kurentangkanlah sepasang sayap yang tak mau mengepak,
bersikap bagai payung penangkal terik
dan surya, surya, sang surya semakin menjauh pergi
Seperti tidak mau menoleh lagi.
Tersinggung, ya?


Jangan pergi, sang surya...
Sang kunang-kunang telah mati di dalam cerobong asap pagi tadi...

-an-

Rabu, 01 Mei 2013

jejak

ada seseorang menatap dari balik jendela
ribuan langkah meninggalkan jejak
dalam jejak mengendap sebuah harapan
dalam harapan terselip ribuan doa

dan terdengar kicauan burung
menyanyikan pagi
lagu-lagu bagi sang kaki
mengajak langkah menari-nari
pergi menepi di pantai tepi


-an-