Senin, 06 Mei 2013

peluk

Merayu lembut sinar sang surya merasuki sela-sela pelupuk mata dan mengalir melalui nadi-nadi tubuh. Memaksa mata membuka, menikmati pagi. Telapak-telapak tangan kecil menyapa manja sang surya.
Surya surya kemarilah
Bawa sinarmu memeluk dekat
Peluk aku peluk, Sang surya!
Kemari…
Kemarilah!
Di dalam cerobong asap, kunang-kunang merajut ribuan cahaya. Letih. Lalu mati satu persatu.
Iba, merpati putih terbang tinggi mengabarkan pada langit dengan siulan bisunya.
Memendunglah wajah langit mendengar, menunjuk tanda duka...
Gelap.
Tercium bau udara duka di sini...

Peluk aku peluk!
Hibur aku sang surya!
Dekap!
Dekap aku bersama hunusan sinarmu!
Yang berpendar menguasai pagi!


Berlari aku mencari, berteriak sendiri
PELUK AKU PELUK, SANG SURYA!
HUNUSKAN SINARMU PADA NADI-NADIKU!
TELUSURI ALIRAN DARAH-DARAH TUBUHKU!
RACUNI DAN BUNUHLAH AKU KEMUDIAN!
MUAK! MUAK! AKU SUDAH MUAK!

Peluk...
Peluk aku, Sang surya...

Berpaling,
Sang surya malah melenggang pergi,
Aku benci harus mengejar lagi sang surya dan memohon!

Kurentangkanlah sepasang sayap yang tak mau mengepak,
bersikap bagai payung penangkal terik
dan surya, surya, sang surya semakin menjauh pergi
Seperti tidak mau menoleh lagi.
Tersinggung, ya?


Jangan pergi, sang surya...
Sang kunang-kunang telah mati di dalam cerobong asap pagi tadi...

-an-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar