Sabtu, 27 Oktober 2012

daun pada induk pohonnya

Tuhan,
Adakah rasa cinta yang kau selipkan di setiap lembar daun pada induk pohonnya yang menjalar dalam rantingnya dan mengakar kuat mencengkeram tanah menguasai tubuh hingga hanya terdapat dua pilihan: hidup karenanya atau mati dikarenakannya?

Aku lihat sang pohon diam saja berdiri tegak tanpa gerak
Menikmati cinta yang mengalir dalam tubuhnya dan gugur setelahnya kemudian bersemi kembali setelah tiba di waktunya

Ia membiarkan dua pilihan itu hidup bersamanya

Tapi bagaimana jika Kau hanya menjadikan satu lembar daun bukan pada setiap rantingnya tetapi justru pada setiap induk pohonnya?
Apakah sang pohon akan menghijaukan terus daunnya, bahkan saat dia mulai menjelma menjadi daun setengah kering sekalipun, agar dia tidak jatuh kering mencium tanah
Atau malah merelakannya begitu saja sambil berharap akan ditumbuhkannya daun baru meski diambang oleh ketidakpastian yang bisa saja berakibat pada kematiannya sendiri?
Atau membiarkan dua pilihan itu tetap hidup meraung-raung dalam dirinya tanpa sebuah keputusan?
Yah, atau sebenarnya sang pohon tak tahu caranya memutuskan?

Tuhan,
Seandainya manusia berhelai banyak hati
Mungkin akan seperti sang pohon yang tak tahu arti kehilangan dan berartinya sebuah keberadaan

-AN-

Jumat, 26 Oktober 2012

...

kau dan aku saling tak tahu dan tidak akan pernah tahu, hanya dengan menerka dalam udara malam yang tak pernah berhembus sama sekali

-AN-

Kamis, 25 Oktober 2012

kecewa (pada hujan dan senja)

aku kecewa pada hujan!
yang menjanjikan senja tiba setelahnya

dan aku marah pada senja!
yang menjanjikan hujan datang sebelumnya

-AN-


mengintip pagi

mengintip mata di balik tirai pagi
tersuguh senyum menyingkap para embun
aku yang dulu merindu kabar dari matahari
kini menyipu malu menyimpan intip

ah, kau hanya beri bayang-bayang yang terus membayang
mengikut diri tiada pergi
menerikmu terus memberi harap akan bayang

letih menyinggah diri
meradang, meluap-luap, meletus
dan berakhir melahap ia semua harap terhadap bayang

mereduplah jua kau kemudian?

lalu kaupun menyipu malu menyimpan intip
di balik gumpalan awan menutup diri
hingga tertelan hamparan malam
kau rela berpindah diri

akhirnya, kau tertidur
akupun tertidur
sampai malam menjelma kembali pagi
dan aku tak lagi menyimpan intip



-AN-

Senin, 22 Oktober 2012

tidak perlu diberi judul




"Karna aku punya tujuan, maka aku bergerak"



-AN-

sekoci

1 sekoci...
2 sekoci...
3 sekoci...
4 sekoci...
5 sekoci....
6 sekoci...
7 sekoci...
8 sekoci...
9 sekoci...

cukuplah untuk berlabuh...

-AN-

Minggu, 21 Oktober 2012

hujan, aku menanti?

Terus aku menunggu
Badai ini akan segera berakhir
Doa pada Tuhan sebagai pengakhir
Agar badai menjadi hujan...

Menunggu aku kembali menunggu
Hujan ini akan segera mereda
Menggoda matahari untuk muncul kembali
Doa pada Tuhan sebagai pengakhir
Dan hujan terusir mereda...

Bersabar aku masih menunggu
Hujan kecil minta diharap
Agar ia segera pergi
Berganti pelangi di atas genangan bayang biru kelabu
Doa pada Tuhan sebagai pengakhir
Merayu pelangi kembali...

Kini hujan berganti matahari sendu
Dan pelangi tersipu di atas genangan bayang biru kelabu
Doa pada Tuhan sebagai pengakhir
Apa yang harus kunanti?

-AN-

kauaku

kau dan aku
saling peduli dibalik topeng ketidakpedulian
saling percaya dibelakang kecurigaan
saling yakin padahal berpihak pada ketidakyakinan itu sendiri!
saling tertawa berlawan benci pada kebohongan diri sendiri!

bohong!
bohong!
bohong!

kau dan aku adalah pembohong ulung!
berbohong pada diri sendiri
atas apa yang menimpa diri!

kau dan aku
justru saling tidak peduli
justru saling curiga
justru saling tidak yakin
justru saling membenci!

justru...
justru karna itulah kau dan aku
mengungkap diri
bahwa kau dan aku
saling tidak peduli
saling curiga
saling tidak yakin
saling membenci
akan apa yang menimpa diri kita
dalam rasa

kau dan aku
lagi-lagi berbohong...



-AN-



duka kapas

sehelai kapas pergi meninggalkan cangkangnya
berharap temu kasih dalam pintalan benang
menyapa rindu dalam belai tatapan
dan bermadu kasih dalam cerita

nestapa...
kebisuan malah didapat diantara helaian kertas putih
pada baris-baris tinta putih
tak kasat mata
terbaca hati

menjalar rindu mencipta duka
merintih seorang diri
tak perlu tahu
tak ada yang peduli
dunia bahkan memalingkan diri

kapas berduka

kapas berduka

kapas berduka
pada kebisuan yang tercipta

-AN-



Rabu, 17 Oktober 2012

hujan (kopi, teh, mata air pegunungan)

hujan menata diri
berusaha masuk memenuhi cangkir
sayang, hujan tak pernah menjadi hujan dalam cangkir
karna cangkir telah terisi kopi, teh, bahkan mata air pegunungan

-AN-

Selasa, 16 Oktober 2012

daun

daun itu melayang entah kemana
mendayu-dayu dalam sampan angin
sebenarnya, bukan maunya memutus harap di ujung ranting
di dalam angan, harap menjadi sebuah bayang pilihan yang ada tapi tak bicara jawab
hingga rapuh lembah berlantun irama badai mencakar diri bersorak-sorai memanggil
membawa dalam pusaran kegelapan
sepi pun tiba di kesendirian
menoreh rasa membawa yakin pada diri
bahwa daun jatuh menyimpan kerinduan pada pohon



"seberapa besar berpengaruhnya ia dalam hidupmu, hingga ia menginspirasimu?"

-AN-

Minggu, 14 Oktober 2012

alam

katakan pada alam
bagaimana laut menampung rasa?
gunung bergurau senang?
burung terbang bercengkrama
menyambut angin bertuju awan?
dan ketika matahari menyapa, warna mengiringi riang
tapi rembulan mendekat malam
bersama kelam dan kesunyian
tentram menawarkan kantuk?
sebagaimana hujan berdamping pelangi
malaikat pun termenung pada alam

-AN-

Sabtu, 13 Oktober 2012

(?)

kadang dongeng hanya butuh didengar
tidak peduli ia benar ada atau tidak
dan itulah, kadang seseorang hanya dibutuhkan keberadaannya
tak perlu bicara
tak perlu bertindak
cukup tahu ada 'keberadaannya'
maka terasa cukuplah (?)

-AN-

Rabu, 10 Oktober 2012

hujan (2)

aku ingat bagaimana cara kau menikmati hujan
dengan rentang telapak tangan menerima derai hujan yang turun
dengan rentang tangan kau kemudian tenggelam pada hujan
seolah hujan menarik diri
dan kau menikmatinya

hujan dan diri

-AN-


damai

damai adalah keinginan
sebuah harapan dalam diri agar damai terasa
siapapun ingin merasa
siapapun pantas berharap

damai adalah keluar
keluar dari rasa ketidakdamaian
siapapun ingin damai
siapapun ingin berdamai

dan kutemukan damai sesaat

disini...

damai adalah disini...
ketika hati yang merasa
dan tahu apa itu damai

berdamailah dan damai akan datang

-AN-

sepi

sendirilah kita menyepi
dirundung kesunyian malam
berkata pada malam
biar...
biar waktu yang berkata
saat tangis yang meminta dan tawa membekam

batin-batin diri

-AN-