Selasa, 05 November 2013

dan tentang rupa hujan, seperti apa kau sekarang?

Pernah mendengar kisah tentang matahari yang merindu hujan?

Sudah lama hujan tak pernah lagi datang berkunjung dan karna itu ia pikir mungkin hujan marah padanya. Ia pun menjadi murung dalam kerinduannya.

Berhari-hari ia menunggu hujan, dengan sekotak hadiah tanda permintaan maaf.

Hingga akhirnya datang kabar dari kejauhan malam: “Hari ini ia akan datang! Dia sedang dalam perjalanan! Aku mendengarnya! Aku mendengar senandungnya diperjalanan tadi! Segera bersiaplah untuk menyambutnya! Dan tumpahkan rasa rindumu itu!”

Ah, betapa bahagianya sang matahari! Pipinya merona. Terdengar degup jantungnya yang berdetak menanti-nanti kedatangan hujan. Beribu bayang berkelebat bermain-main dalam benaknya. Seperti apa rupa hujan sekarang?

Sudah hampir tiba, tapi ternyata sang waktu siap menarik matahari pergi lebih dulu untuk digantikan malam.

“Tak bisakah menunggu sebentar? Sedetik terlambat kukira tak mengapa.”

Waktu tidak menjawab tapi terus berlalu menariknya pergi.

Mereka tak bertemu. Lagi. Sudah tak lagi bisa ia memeluk hujan.
Berlalu. Jauh dari balik punggungnya, hujan selalu bersenandung. Persis seperti yang diceritakan malam pada hujan tentang matahari.

Lalu kotak itu?
Tidak akan pernah bisa dititipkan kepada malam untuk diberikan pada hujan yang selalu datang di malam hari.


Dan tentang rupa hujan, seperti apa kau sekarang?


-an-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar