Seorang bocah dan
seorang dewasa sama-sama diberikan selembar kertas yang masih putih bersih. Masing-masing
diberi kebebasan untuk membuat sesuatu dari kertas tersebut dengan kata
petunjuk “Terbang“. Dengan cepat, seorang dewasa memutar memori otaknya untuk menemukan
kembali cara melipat kertas menjadi sebuah pesawat terbang. Pesawat terbang
kertas. Setelah teringat kembali bagaimana caranya, sekarang otaknya yang
dengan cekatan segera mengirim sinyal-sinyal agar motorik jari-jarinya bergerak
mengikuti gerakan yang sedang ditayangkan pada sebuah layar ingatan si seorang
dewasa. Tak lama pesawat terbang kertasnya jadi lalu diterbangkan. Meliuk-liuk
di udara, membelah angin, dan mendarat
mulus di tanah. Membuat kagum seorang bocah yang masih terdiam planga-plongo
bingung. Ingin juga membuat pesawat terbang kertas seperti yang dimiliki si
seorang dewasa itu, tapi ia tak punya ingatan apapun tentang cara membuat
pewasat terbang kertas. Seorang dewasa tertawa bangga dan si seorang bocah
meratapi kertas putihnya sambil manyun menunduk bingung. Mungkin sebentar lagi
ia akan menangis karna pesawatnya tak kunjung jadi. Kecewa. Nyaris putus asa. Si
seorang bocah menurunkan tangannya lemas, mengancam jatuh kertas yang sedang bergantung pada jepitan
tangannya.
Semesta hadir mencoba
menghibur; mengutus angin
bertiup menghampiri kertas si seorang bocah. Meniupnya dan menerbangkannya
cukup tinggi. Seketika mata si seorang bocah berbinar dan memorinya menampilkan
gambar dari sebuah benda yang sedang melayang tinggi di langit. Dipungutlah kertasnya
yang telah mendarat di atas tanah lalu kembali menerbangkannya selagi angin sesekali mampir.
Tiba-tiba
angin tidak lagi mampir. Si seorang
bocah tak juga kehabisan akal. Ia ciptakan angin dari mulutnya sekuat tenaga.
FUUUUUHHHHH!!!! Tiup. Terbang. Jatuh. Tiup.
Terbang. Jatuh. Si seorang bocah tertawa cekikikan begitu bangga bersama kertas
dan angin buatannya.
Sekejap kita
dibuat berucap “Oh!“
Dan si seorang
bocah dinobatkan sebagai pemenang.
-an-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar