Jumat, 17 Agustus 2012

pertunjukan


Kini aku berdiri. Sendiri. Bermandikan kilatan cahaya yang kerap kali berganti-ganti. Terus menyorotiku kemana aku melangkah, kemana aku berbicara, seakan akulah satu-satunya si objek penderita. Hanya aku? Ya! Hanya aku yang kau soroti terus menerus. Terlihat bukti di depanku gelap gulita. Oh tidakkah kalian membutuhkan cahaya? Atau kalian senang dapat melihatku tanpa sembunyi-sembunyi seperti ini? Dan membiarkan mataku meraba-raba bentuk kalian hingga jelas?! Aku menyerah!

Dentuman-dentuman perlahan, menandakan suatu emosi. Aku mulai melangkahkan kaki masih ditemani sorot cahaya itu dengan warna yang kini berubah temaram secara perlahan.

Seolah-olah dentuman itu merengek minta didengar. Semakin lama dentuman itu semakin cepat dan keras membuat langkahku berlari-lari kecil dan sorot cahaya itu kini kembali berulah dengan kilatannya yang tidak lagi temaram. Berkilat-kilat dari berbagai arah dan warna. Klimaks!

Aku letih. Langkah berlari kecilku mulai surut dan aku terhenti untuk kemudian bertekuk lutut.

“Tidakkah kalian bisa berhenti?” Aku mulai bertanya.

Hening. Tak ada jawab sama sekali.

“Bisakah?!”  Tangisanku mulai berteriak memohon.

Seakan mengerti, sorot cahaya itu kembali normal. Jingga dan tidak lagi berkilat-kilat seperti tadi. Kini ia menyisakan kegelapan yang semakin dekat denganku, hanya berbatas selangkah antara aku dengannya. Dengan teramat jelas aku disudutkan olehnya! Tak ada ruang dan benar-benar hanya aku dan tempatku berpijak sekarang! Terserah!

Dentuman itupun latah memelan tetap mencekik perasaan.

Aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Aku hanya diam terisak menanti sorotan yang akan menghujamku dengan kegelapan dan dentuman yang menyuarakanku dengan kesunyian.



Pertunjukanpun berakhir
terimakasih


-AN-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar