Selasa, 26 Maret 2013

selamat menempuh 'hidup' baru


Di ibaratkan seorang bocah dan hidup.

Ketika kecil, belum sanggup mengangkat tubuhnya.

Begitupun kita ketika mengenal hidup dan planga-plongo bingung.

Setelah itu sang bocah mulai berusaha membulak-balikan badannya.

Nah begitupun kita, yang sekilas mulai lebih mengenal hidup. Meskipun hanya sekilas.

Bertahap sang bocah mencoba duduk kemudian berdiri. Ia senyum-senyum semringah ketika berhasil menegakkan kakinya, menopang berat tubuhnya, agar ia bisa berdiri,  sambil berpegangan pada pinggiran meja dan sang ibu bertepuk-tepuk bahagia melihat anaknya senyam-senyum pamer bisa berdiri.

Kita pun begitu. Merasa sudah besar dan pamer 'aku bisa'. Ibu bertepuk-tepuk tangan bersembunyi seribu cemas.

Dan sang bocah mencoba berjalan. Memaksa kedua kakinya melangkah yang disusul puluhan kali jatuh. Tertatih-tatih ingin bisa berjalan sendiri. Menangis jatuh, bersikeras berdiri, jatuh menangis, tetap keras kepala berdiri, dan begitu seterusnya. Si bocah tidak juga kapok. Ibu bertepuk-tepuk tangan menunggu di depan dengan kasih memberi jutaan semangat.

Sekarang, bagai bocah tersebut, sedang tertatih-tatih kita dalam hidup. Mencoba untuk bisa ‘berdiri sendiri‘ dan membuktikan benar bahwa 'aku bisa!'. Berjalan mengenal hidup dan bertahan. Kita yang menaklukan hidup atau kita yang ditaklukan hidup? Ibu bertepuk-tepuk dalam doa. Menjadi benteng dalam ketertatihan hidup kita.

Hingga sang bocah siap berlari.
Dan ibu melepasnya pergi berlari menuju hidup, sambil berucap:
"Selamat menempuh ‘hidup‘ baru, nak bocah."

-an-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar