Di sekolah, aku memberanikan diri mengacungkan tangan
tinggi-tinggi untuk mempertanyakan ‘cinta’. “Bu guru, cinta itu apa?” Dan jawaban
‘perasaan yang di anugerahkan Tuhan kepada kita’ malah membuatku ingin kembali
bertanya kenapa? Seperti apa wujudnya? Apa setiap insan memilikinya? Apa aku
juga? Ah, aku tidak puas dengan jawaban singkat itu. Kembali aku membuka mulut
untuk melontarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi dengan cepat aku
mengatupkannya kembali. Mengurungkan kembali niat bertanya dan menggantikannya
dengan anggukan tanda ‘sok’ paham.
Sesampainya di rumah, aku langsung menghampiri ibu di
dapur. “Bu, cinta itu apa?” tanpa babibu aku langsung bertanya. Jawaban ibu
cukup bijak tapi menjengkelkan. “Biar kamu yang interpretasi sendiri apa itu
cinta.”
Entah kenapa, rasa penasaranku akan definisi ‘cinta’
membuatku membabi buta seperti ini. Mencari artinya ke berbagai sumber seperti
kamus, internet, dan buku. Bahkan dari yang kubaca, cinta malah memiliki
pembagian lagi. Cinta sejati, cinta monyet, cinta lokasi, cinta buta, cinta
tanpa syarat, dan cinta-cinta yang lainnya. Semakin tidak paham.
“Cinta itu Tuhan, nak.” Jawab Pak Ustadz ketika aku
berpapasan dengannya dan bertanya apa itu 'cinta'. Tiga kata! Ya! Hanya tiga kata, ‘Cinta itu Tuhan’.
Bermakna! Sangat bermakna dan aku tidak paham. Tidak. Aku belum paham untuk
yang satu itu. Tapi aku tahu itu sangat bermakna.
Sehari, seminggu, sebulan, setahun, dan bertahun-tahun
kemudian aku lupa akan misi pencarian definisi cinta yang sesungguhnya hingga
kejadian di pantai senja ini ketika aku, ayah, dan ibu duduk bersama diatas
hamparan pasir menunggu senja padam ditemani ombak dan laut.
Kami menanti-nanti matahari menutup diri dipeluk angin
senja dan langit jingga menambah pesona di sore itu. Entah kenapa, senja itu
terasa sangat berbeda untukku. Ada sesuatu tersimpan dibaliknya. Senja. Senja.
Senja dan langit jingga. Senja turun bersama terkatupnya mata hingga terbentuk
sebuah bayang dan rasa. Tenang. Perasaan tenang yang tidak bisa
diungkapkan. Entah bagaimana, perasaan tenang itu bercampur dengan suatu 'rasa'
yang lebih tidak bisa diungkapkan lagi. Aku tau tapi aku tidak tahu tapi aku
tahu! tapi untuk siapa dan karna apa? Ya! Aku menemukan definisiku sendiri.
Interpretasiku sendiri. Terimakasih Tuhan. Atas ‘cinta’ yang Kau kirim lewat
senja ini. Aku mengerti dan aku mencoba memahaminya.
-an-
-an-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar